|  | 
| doc. Rully Shabara Herman | 
Ada kalanya ketika kau memusatkan pikiran pada garis-garis yang tergores di selembar kertas usang, sesuatu terlintas datang. Mungkin kenangan, atau sebut saja semacam ingatan yang lama tak kau pikirkan. Maka tangan yang memegang pena semakin giat menggoreskannya, bahkan garis-garis tercipta lebih banyak dari biasanya. Ini yang disebutkan ketika hati dan pikiran sepakat kerja bareng, anggota badan lain ikutan bekerja pula. Kini, kau dapati jemari yang menggenggam mata pena lemah gemulai menggoreskan garis-garis khayal serupa gemulainya jemari perawan dusun menganyam tikar. Barangkali, ketika goresan masih belum sempurna, tak ada suatu bentuk apa yang terlihat cahaya mata. Tapi kau tak menggubrisnya. Tak kau hiraukan apa-apa yang menyerupai bentuk. Sebab, bagi kau saat ini, bentuk dan wujud tidaklah penting. Hanya membuat pusing, pening tujuh keliling. Lagipun, bukankah ingatan tak berwujud?
Lalu, sampai juga akhirnya jemarimu itu pada titik lelah. Kenangan tak pernah lelah. Tidak untuk punah.
 
0 komentar:
Posting Komentar