Ketenangan

Pernah kau terka-terka makna ketenangan. Ketenangan pada laku hidup ketika penat, pupusnya harapan dan gagal dalam perjuangan campur aduk menjadi beban pikiran. Namun, ada suatu masa tatkala kau lupa pada perkara dunia oleh sebab olah pikir spiritualitas dalam kepala. Kau pun masyhuk dalam do'a. Sejatinya ketenangan adalah ketidakpuasan beramal di dunia, hingga kau berusaha terus menerus berbuat bajik tanpa harus mendatakannya dengan beberan di media massa. Sesekali, saat keringat mengucur oleh segala rupa usaha, kau menepi diam-diam, berdo'a dalam pejam agar energi tak lekas naik pitam.

Sesekali kau cukup mengerti bahwa ketenangan adalah omong kosong saat emosi menguasai diri. Ketenangan adalah bualan ketika egoisma atau ingin menang sendiri menyatu dengan kerasnya hati yang memicu buruknya aksi. Namun, sekali pun kau punya wudhu' dan do'a yang khusyu', ketenangan tak senantiasa turun dari langit hanya karena kau cepat berpuas diri. Sementara di samping, di sekitar, dalam alam tempat kau berpijak-putar masih ada juluran tangan orang-orang meminta bantuan, berharap ajakan, bermohon kemaafan. Untuk menenangkan hal yang begini kau mesti tahu bagaimana membawa diri tanpa menyebabkan kecewanya banyak hati. Jika ini telah bisa dijalani, kau tak lagi bersusah payah menerka-nerka makna ketenangan yang kasat mata. Sebaliknya, bisa kau ucap lirih atau dengan suara pura-pura merintih bahwa muasal ketenangan adalah teguhnya hati, bajiknya aksi, dan hidup dalam taraf benar-benar tahu diri.

Selebihnya, pada waktu yang akan datang, tatkala niat dan perilaku telah benar-benar matang, alamat ketenangan timbul dalam hati dan pikiran. Tanpa harus bersusah payah mengelak atau melarikan diri atau menepi dari segala kebisingan dan keramaian.